Thursday, January 4, 2007














Utamakan Keselamatan

Kredo yang Mulai Dilupakan

Jakarta|Jurnal Nasional

SEBUAH tragedi mengawali tahun 2007. Tepatnya, 1 Januari lalu, kecelakaan pesawat kembali terjadi. Peristiwa naas itu dialami Pesawat Adam Air KI 574 jenis boeing 747-400 dalam penerbangan dari Bandara Juanda Surabaya menuju Bandara Sam Ratulangi.

KI 574 yang sempat dinyatakan hilang itu berhasil ditemukan di sekitar desa Rangoan, Matanga, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat dalam kondisi tragis kemarin.

Isak tangis keluarga korban pun membuncah setelah berhembus berita buruk itu pada pukul 15.07 WIB. Kemarin pagi pukul 10.00 Wita, Tim SAR berhasil menemukan 90 jenazah dari 102 penumpang dan awak pesawat Boeing 737-400 milik Adam Air tersebut.

Buat masyarakat—khususnya pengguna jasa transportasi udara kabar itu setidaknya membangkitkan trauma untuk berpikir seribu kali naik pesawat bila berpergian.

Sebelumnya, tragedi kecelakaan juga terjadi di sektor transportasi. Tepatnya, pada 29 Desember 2006, Kapal Motor Senopati Nusantara yang berlabuh dari Teluk Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, menuju Semarang, Jawa Tengah tenggelam di sekitar Pulau Mandalika, Jepara, Jawa Tengah. Ratusan awak penumpang dinyatakan hilang.

Atas musibah itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Menteri Perhubungan agar menginventarisasi dan meneliti kembali kelayakan sarana transportasi.

”Apakah kapal-kapal kita yang berlayar di samudera yang luas itu didesain, dan dirancang sedemikian rupa, sehingga harus dipastikan kapal-kapal yang menyebrangi samudara luas yang tiba-tiba ombaknya bisa empat hingga enam meter bisa betul menghadapinya,” kata Presiden di Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) kemarin.

Presiden menegaskan jika kapal-kapal penyeberangan itu didesain hanya untuk pelayaran jarak pendek, maka tidak layak untuk diijinkan menyeberangi samudera yang luas. ”Ini penting untuk kita lihat secara menyeluruh, agar kita benar-benar bisa mengupayakan upaya penyelamatan dan keamanan dan transportasi kita,” kata Presiden.

Presiden juga menyampaikan duka yang mendalam atas tragedi Adam Air. Menurut Presiden, pemerintah tengah melakukan langkah-langkah penyelamatan dan evakuasi terhadap musibah kapal motor Senopati Nusantara dan Adam Air.

Kepala Negara menilai, kecelakaan tersebut tidak terlepas dari buruknya cuaca. Karena itu, beliau menghimbau agar seluruh maskapai penerbangan, dan perhubungan laut dan darat, serta masyarakat luas agar memperhatikan cuaca demi keselamatan di sektor perhubungan,

”Curah-curah hujan yang masih tinggi di beberapa tempat di Indonesia, cuaca di atas lautan, daratan, dan tempat-tempat tertentu tengah tidak normal, harapan saya seluruh maskapai transportasi apakah perhubungan laut dan darat, dan masyarakat luas, untuk mengutamakan faktor keselamatan dari sektor perhubungan kita.”

Menurut prediksi dan perkiraan dari Badan Metereologi dan Geofisika (BMG), kata Presiden, cuaca tidak normal masih akan terus berlanjut. ”Itu penting (diperhatikan, Red) bagi para pengelola dunia transportasi dan masyarakat, marilah kita betul-betul memperhitungkan cuaca, khususnya yang terkait dengan keselamatan kita bertransportasi laut dan udara.”

Dalam pernyataannya, Presiden juga menyerukan agar seluruh pimpinan daerah di seluruh tanah air juga benar-benar memprediksi, mengantisipasi, dan mempertimbangkan faktor cuaca dalam mengelola kehidupan masyarakat. Presiden menyarankan kepada pimpinan daerah-daerah yang curah hujannya masih cukup tinggi, diharapkan dapat melakukan langkah antisipasi terjadi banjir.

Menteri Perhubungan Hatta Radjasa sebelumnya telah meminta para administrator pelabuhan (adpel) di seluruh pelabuhan di Indonesia untuk melakukan pemantauan ketat setiap kapal yang mengajukan izin berlayar pada cuaca yang buruk. Hatta meminta Adpel agar tidak mengeluarkan izin berlayar bagi kapal-kapal yang akan berlayar dalam kondisi cuaca yang buruk. Dia memperingatkan agar pelayaran dalam kondisi musim yang buruk, dengan curah hujan yang tinggi ini tidak dipertimbangkan sebelum berlayar.

Secara terpisah, Ketua Komisi V DPR Bidang Transportasi dan Infrastruktur Ahmad Muqowam, meminta kepada pemerintah agar serius melakukan pembenahan, baik menyangkut aturan, sarana dan prasarana, dan sumberdaya manusia. Dia juga menilai perlu ditetapkan pelayanan sistem transportasi yang sesuai standar internasional.

Muqowam mempertanyakan soal murahnya tarif yang ditetapkan perusahaan penerbangan mencerminkan indikasi adanya pengabaian faktor keamanan dan keselamatan. ”Karena itu, pemerintah harus kembali kepada aturan tentang penerbangan sesuai dengan standar internasional,” katanya saat dihubungi kemarin.

Murahnya tarif penerbangan telah menyebabkan permintaan layanan angkutan kargo domestik terus meningkat. Jika pada 1999 volume kargo domestik baru 101.000 ton, pada 2005 sudah menjadi 229.000 ton.

Kalau soal kelayakan pesawat umumnya, Politisi dari Fraksi PPP itu mengatakan berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan, izin beroperasinya pesawat di Indonesia, maksimal berusia 25 tahun, dengan masa operasi 10 tahun. Dia menghimbau agar pemerintah kembali mengindentifikasi usia pesawat karena diyakini kualitas pesawat lebih menjamin keselamatan penumpang.

Di Indonesia, usia termuda pesawat di atas 10 tahun. Garuda Indonesia (10 tahun), Lion Air (17,3 tahun), Adam Air (18.1 tahun), Awair Umur (18.8 tahun), Merpati (21.6 tahun), Batavia (23.4 tahun), Sriwijaya Air (23.5 tahun), Mandala Airlines (23.9 tahun), dan Bouraq Indonesia Airlines (25.1 tahun).

Muquwam juga menyerukan agar pihak penerbangann tidak menerbangkan pesawat saat iklim buruk. Muqowam juga menyesalkan antisipasi Departemen Perhubungan yang sangat lambat. Menurut dia, seharusnya segera mengerahkan Tim SAR dan aparat keamanan lainnya untuk melakukan pencarian saat informasi hilangnya pesawat. Petugas SAR seharusnya sudah bisa dikerahkan sejak Senin sore, buka Selasa pagi.

M. Yamin Panca Setia

No comments: