Thursday, January 4, 2007















Sedia ’Payung’ Sebelum Banjir


Jakarta|Jurnal Nasional

SETELAH menerjang sejumlah kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, dan Riau, banjir dalam waktu dekat ini diperkirakan akan menerjang wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jakarta, Jawa, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.

Berdasarkan pengamatan dan analisa Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), puncak curah hujan di wilayah tersebut terjadi pada Januari-Februari mendatang. Curah hujan mencapai puncak mulai terjadi di Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat. Sementara di Jawa, hujan baru mulai, dan diperkirakan berakhirnya pada Maret nanti.

BMG mencatat, lamanya hujan lebat bervariasi mulai dari 1-5 jam yang terjadi 26 Desember 2006 hingga 1 Januari 2007 mendatang. Hujan lebat itu terjadi di Sumatera bagian tengah, selatan dan barat, Kalimantan bagian barat dan tengah, dan Jawa bagian barat dan tengah, Jawa Tengah bagian selatan dan tengah, Jawa Timur bagian barat.

Kasubdit Informasi BMG Ahmad Zakir memprediksi, curah hujan di Jawa mencapai puncaknya pada 1-3 hari atau satu minggu Januar. ”Berarti jika Januari, apakah awal, pertengahan atau akhir, itu yang susah diprediksi. Jadi, kalau kita omong sebulan ke depan, ya umumnya saja, jika Januari dan Februari adalah puncaknya. Nanti, kapannya hujan lebat, akan di break down, ke informasi cuaca harian, atau mingguan.”

Namun, Ahmad menambahkan, dalam minggu-minggu ini curah hujan di wilayah Jawa cenderung meningkat. Berarti, dari sekarang sudah melakukan antisipasi. Karena intensitas hujan hampir merata di setiap daerah, BMG juga mengingatkan agar pemerintah bersama seluruh stakeholder mewaspadai ancaman tanah longsor.

”Karenanya, BMG menyerukan agar pemerintah propinsi, kabupaten, kota, bersama Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi, dan pihak terkait, agar bersiap-siap mengantisipasi bencana banjir seiring datangnya hujan deras,” kata Ahmad.

Sebelumnya, BMG telah menginformasikan puncak musim hujan juga terjadi pada Desember 2006 untuk wilayah barat Indonesia. Namun, hujan yang mengakibatkan banjir sulit dikendalikan seperti yang terjadi di NAD, Sumut dan Riau.

Di NAD, Sumatera Utara, dan Riau, hingga kini masih dihadapi bencana banjir. Di NAD, banjir bandang akibat hujan lebat mengakibatkan enam kabupaten pesisir timur utara dan tengah, tenggelam.

Ratusan ribu warga mengungsi. Sedikitnya 508 desa dari 49 kecamatan tenggelam. Di Desa Babu Pulo Tiga, Kabupaten Aceh Tamiang, sekitar 500 jiwa tewas akibat diterjang banjir. Sementara di Kabupaten Aceh Tamiang, data terakhir yang dilansir Pemerintah Kabupaten setempat mencatat 37 orang, serta 390 orang dinyatakan hilang. Aktivitas transportasi darat Banda Aceh-Medan juga hingga kini masih lumpuh.
Sementara di Sumatera Utara, banjir menenggelamkan ratusan rumah di Desa Pasar Lama, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat. Satkorlak Posko Banjir setempat menyebutkan, korban tewas mencapai 11 orang, dan puluhan yang hilang tak diketemukan. Jumlah pengungsi mencapai 48.756 jiwa yang terdiri atas 10.938 kepala keluarga. Mereka terdiri atas 29.272 pengungsi dewasa dan 19.484 anak-anak.

Ke-14 kecamatan di Kabupaten Langkat yang dilanda banjir masing-masing Kecamatan Besitang, Gebang, Sei Lepan, Sawit Seberang, Selesai, Padang Tualang, Wampu, Stabat, Batang Serangan, Tanjung Pura, Hinai, Babalan, Secanggang dan Kecamatan Brandan Barat.

Para pengungsi ditampung di SMP Negeri 1 Besitang, Asrama Pitura, Mess Buana Estate, Kecamatan Secanggang, Aula kantor Camat Gebang, Desa Pelawi Kecamatan Babalan, Masjid Besitang, Kecamatan Pangkalan Susu, Mesjid Tangkahan Kecamatan Sei Lepan dan lokasi penampungan lainnya.

Banjir juga mengakibatkan tanah longsor di Kelurahan Desa Pasar, Kecamatan Muaro Sipongi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut.

Sementara di Riau, banjir menghantam 66 desa di Pekan Baru. 57 unit sekolah dinyatakan rusak sehingga menghentikan aktivitas belajar siswa. Ketinggian air di berbagai sekolah di kabupaten itu mencapai satu sampai satu setengah meter, bahkan ada yang mencapai dua meter. Di Kabupaten Kampar, Riau, banjir semakin meluas.

Jumlah rumah yang terendam mencapai 12.247 unit dengan desa yang terendam mencapai 69 desa. Desa yang terparah saat ini direndam banjir berada di Kecamatan Siak Hulu masing-masing Desa Buluh Cina, Teratak Buluh, Lubuk Siam, Tanjung Balam, Teluk Kenidai dan Kualu.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meminta Pemerintah Daerah untuk mengintensifkan operasi tanggap darurat di beberapa kawasan yang terkena banjir, terutama untuk mengevakuasi dan penanganan korban, serta mayat yang hingga kini masih belum diketahui jumlahnya.

Presiden juga meminta agar warga yang terkena musibah untuk bersabar menghadapi bencana yang tengah melanda sejak akhir pekan silam.

Jakarta Bersiap
Sementara itu, untuk wilayah DKI Jakarta, hujan lebat akan terjadi pada Januari-Februari 2007 mendatang. Kepala Bidang Informasi BMG Jakarta, Hendro Santoso telah mengingatkan pemerintah dan warga DKI Jakarta perlu antisipasi dan waspada menghadapi puncak musim hujan Januari mendatang.

Dia mengingatkan jika setiap musim hujan di Jakarta selalu diikuti dan disertai genangan daerah air, maupun banjir sehingga perlu kewaspadaan. Jakarta memang rawan banjir meski intensitas curah hujan tidak tinggi. Pasalnya, Jakarta tidak memiliki daya dukung lingkungan yang baik karena gersangnya pepohonan yang bisa menyerap air.

Selain itu, Jakarta adalah kota pesisir yang sejak awal perkembangannya dihadapi persoalan banjir. Selain karena curah hujan, banjir di Jakarta juga disebabkan karena pasang surut air laut di kawasan pantai. Sekitar 40 persen wilayah di Jakarta yang berada di bawah muka laut menjadi wilayah hilir dari 13 sungai.

Hampir seluruh sungai mengalir melalui kota. Sementara jaringannya tidak berfungsi dengan baik. Sebagian besar sungai dan saluran menjadi dangkal sebagai konsekwensi dari pembuangan sampah dan limbah ke dalam aliran sungai estuari menjadi dangkal karena sedimentasi terus menerus yang sangat menghambat aliran sungai. Lahan terbuka tidak memadai sehingga permeabilitas air total menjadi hlang.

Di Jakarta, ada 78 titik rawan banjir dan genangan air di Jakarta, seperti Manggarai, Bintaro, Condet, Petamburan, Cawang, Kampung Melayu dan sejumlah kawasan pemukiman di sekitar sungai.

Salah satu penyebab banjir di Jakarta karena meluapnya air sungai Ciliwung akibat hujan. Saat ini, debit air yang melalui Sungai Ciliwung di Wilayah Manggarai sudah mencapai 7 meter. Subur, petugas Pos Jaga Pengamat Ketinggian Air Kali Ciliwung Manggarai mengatakan debit air masih normal.”Masih dalam kondisi aman,” katanya kemarin. Sebelumnya, ketinggian air berkisar 6,30 meter hingga 6,40 meter.

Berdasarkan pengamatan Jurnal Nasional, meski ketinggian air masih dalam kondisi normal, namun arus air Ciliwung di sekitar Manggarai cukup deras, tak seperti biasanya. Sementara usaha pengerukan tak lagi dilakukan. Di sekitar pintu air Manggarai juga masih banyak ditemukan tumpukan sampah.

Subur mengatakan hujan lebat, menyebabkan ketinggian air meningkat. ”Jika sudah di atas 8 meter, maka pihaknya akan segera melaporkan ke Posko Komando, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, dan Gubernur,” katanya.

Dalam menghadapi banjir, Pemprov DKI Jakarta sudah membentukan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP) yang terdiri dari Dinas Perhubungan, Dinas Trantip dan Linmas, PMI, Kepolisian, dan institusi lainnya yang terdiri 22 institusi. 7000 personil siap diturunkan untuk mengantisipasi banjr. Total seluruhnya dari jajaran Pemrov DKI adalah 14.500 personil. Satkorlak juga sudah menyiapkan tempat pengungsian dan sejumlah posko kesehatan.

Satkorlak sebagai posko utama akan dikoordinir Gubernur DKI Jakarta. Sementara di kotamadya, tim penyelamat dibawah koordinir walikota. Tim tersebut menyebar hingga wilayah kelurahan.

M. Yamin Panca Setia

No comments: