Thursday, January 4, 2007









Adam Menuai Misteri

Jakarta|Jurnal Nasional

KEBERADAAN pesawat Adam Air Boeing 737-400 yang hingga kini masih misterius menimbulkan sejumlah spekulasi. Selain diperkirakan meledak di udara, pesawat naas itu tak berhasil diindentifikasi keberadaan karena matinya arus listrik sehingga memutuskan instrumen komunikasi.

Yono Resko Projo, Pakar Aerodinamika dan Perancangan Pesawat mengatakan hilangnya Adam Air dari radar pendeteksi karena sinyal radio hilang akibat matinya arus listrik. ”Jika sinyal radio hilang, maka sulit dijamin apakah pesawat itu jatuh ke daratan atau tidak,” ujarnya kemarin.

Perkiraan Yono tersebut berangkat dari informasi terputusnya komunikasi antara pilot Adam Air dengan Air traffic controller. Menurut dia, dalam posisi terbang, jika pilot keluar dari jalurnya, atau ingin menggeser posisi pesawat, naik dan turun, maupun belok ke kiri dan ke kanan, maka harus izin dahulu ke air traffic controller karena terbang di air way. ”Tapi, itu tidak ada (izin, Red), tiba-tiba hilang begitu saja.”

Matinya arus listrik yang menyebabkan putus sinyal radio menyebabkan pesawat naas itu sulit ditemukan. Yono menambahkan instrumen keamanan Emergency Locator Beacon-Aircraft atau ELBA harusnya mengirim sinyal secara berkala agar memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengindentifikasi posisi. Namun, tidak juga diketahui kira-kira posisi Adam Air.

Selain itu, lanjut Yono, jika tiba-tiba instrumen listrik mati, harusnya ada instrumen analog penerbangan seperti indikator ketinggian (altimeter) dan kecepatan pesawat (air speed), serta kompas. Yono tidak bisa memperkirakan, apakah instrumen tersebut dalam kondisi baik. Jika tidak, katanya, seharusnya Direktorat Sertifikasi Angkutan Udara (DSKU) tidak boleh mengeluarkan sertifikasi penerbangan.

Yono mengatakan, Pesawat Adam Air memang memiliki sertifikat layak terbang hingga waktu tertentu. Namun, lembaga yang mengeluarkan sertifikat harus lebih kredibel dan tidak sembarang mengeluarkan sertifikat izin penerbangan. Penerbangan juga harus dikaitkan dengan prosedur dan maintanance pesawat, dan skill.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Hatta Radjasa mengatakan berdasarkan rekaman percakapan terakhir antara pilot dengan ATC Makassar, diketahui pesawat tertiup angin dari samping (cross wind) sebesar 74 knots dan minta agar dipandu ke titik baru yang aman.

Hatta memperkirakan pesawat berubah arah karena pilot telah menyampaikan adanya cross wind. Di Radar, telihat pesawat mengarah ke barat. Tapi ketika pembicaraan putus, arah pesawat (heading) berbalik ke timur. Saat itulah, pesawat mulai menghilang.

Hatta meminta agar masyarakat tidak berspekulasi terlalu jauh sebelum ada hasil investigasi yang final dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) selaku pihak berwenang. Menurut dia, fokus pencarian tengah dilakukan di dua titik pancaran sinyal ELBA yang sudah ketahui.

Pihak angkatan bersenjata Singapura dan Amerika Serikat (AS) juga turun tangan untuk mencari keberadaan pesawat. Singapura dengan dua pesawat patroli laut dan AS dengan satelit penginderaanya. Menurut Hatta, Singapura dan AS sudah mulai bergerak. ”Setiap saat mereka akan berikan update laporan," papar Hatta

Dirjen Perhubungan Udara M Iksan Tatang mengatakan insiden yang dialami pesawat Adam Air tidak serta merta harus mengkambinghitamkan pihak maskapai penerbangan. Menurut dia, kecelakaan bisa saja terjadi karena kondisi landasan, marka, dan sistem navigasi. ”Jadi jangan sembarangan, tidak fair, sudah kena musibah diberi sanksi," ujar kepada pers di Departemen Perhubungan, kemarin.

Iksan juga mengharap insiden Adam Air tidak diarahkan untuk saling menyalahkan. Namun, yang lebih penting adalah meningkatkan kewaspadaan dan lebih memperhatikan keselamatan.

Ketua DPR Agung Laksono selaku Komisaris maskapai AdamAir mengatakan menilai hilangnya AdamAir sebagai musibah karena faktor cuaca dan alam. Agung juga menilai kecelakaan AdamAir bukan diakibatkan keteledoran dari pilot. Seorang pilot yang membawa pesawat sudah memiliki kemampuan yang tidak diragukan.

Agung menyerahkan sepenuhnya pencarian pesawat naas itu kepada pemerintah. Politisi dari Partai Golkar itu juga memerintahkan seluruh jajaran direksi AdamAir untuk menangani kasus ini sebaik-baiknya, dan memberikan santunan kepada para korban.

Kepada wartawan di Gedung DPR Jakarta kemarin, Agung mengaku tidak lagi menjabat sebagai komisaris Adam Air, namun sebatas pendiri.

M. Yamin Panca Setia

No comments: